Tragedi Kenaikan BBM
Pada suatu
pagi yang cerah, seorang mantan Presiden yang sekarang sakit karena tua sedang
duduk di kursi roda dan seorang mantan Polisi yang kini beralih profesi menjadi
perawat di suatu rumah sakit karena dirasa negeri tercinta telah damai, sedang
berbincang-bincang di taman Rumah Sakit tempat sang mantan Polisi bekerja.
Presiden : “Anak muda, tahukah engkau apa yang
sedang aku pikirkan sekarang?”
Polisi : “Apakah anda sedang memikirkan
apa yang telah terjadi beberapa tahun yang lalu di Negara kita? Benarkah itu?”
Presiden : “Ya, benar nak. Ingatkah kau saat
kejadian itu? Ketika aku memutuskan untuk menaikkan harga BBM? Kau yang
menyelamatkan Negara ini nak.” (tersenyum)
Mereka pun mengenang
kejadian beberapa tahun yang lalu……………..
Di sebuah kampus, ada sebuah genk yang diketuai oleh seorang
mahasiswi bernama Tania dan seorang mahasiswa bernama Alex. Kedua anak ini
memang terkenal sebagai anak yang suka membuat onar. Namun di sisi lain,
seorang mahasiswi bernama Amazia yang merupakan teman baik kedua mahasiswa
tersebut hatinya tidak pernah mau diajak untu berbuat onar.
Dari sinilah tragedi itu terjadi….
Setelah Presiden mengumumkan bahwa
aka nada kenaikan harga BBM mulai bulan April 2005, para mahasiswa dan
mahasiswi ini mulai bertingkah dengan emosinya yang masih labil. Mereka tidak
setuju atas pernyataan tersebut…
Tania : “Hai kawan! Setujukah kalian
jika harga BBM naik? Ini akan berdampak buruk bagi kita para mahasiswa. Biaya
SPP tentu akan ikut naik, lalu bagaimana nasib kita? Apakah masa depan kita
hanya sampai disini? Ini tidak adil!”
Alex : “Betul sekali! Aku setuju
dengan apa katamu, Tania. Apa alasan para pejabat menaikkan harga BBM? Karena
APBN jebol? Apakah benar itu yang terjadi sekarang? Paling uang subsidinya
habis di korupsi oleh pejabat-pejabat rakus itu.”
Amazia : “Kalian ini apa-apaan sih? Tidak
boleh kalian berprasangka buruk begitu. Siapa tau memang benar begitu, keadaan
keuangan Negara kita sedang tidak baik. Aku yakin Presiden pasti punya maksud
baik melakukan ini semua.”
Alex : “Alaaaaah, Ama, kau ini tau apa? Kau ini tak tau apa-apa… apa kau tak
baca berita di televisi? Isinya korupsi ini korupsi itu. Sudah jelas, ini pasti
juga tindakan korupsi!”
Tania : “Diam saja kau Ama, kalau kau
masih ingin berteman dengan kami, ikuti saja apa yang akan kita lakukan.
Kujamin kau aman.” (tersenyum licik)
Amazia : “Ya sudahlah, terserah kalian.
Kalian memang yang berkuasa.”
Alex : (menoleh ke Tania) “Jadi apa
rencanamu?”
Tania : “Aku berencana akan protes ke
DPR, kalau perlu ke Wapres atau Presiden. Jika mereka tidak mau mendengar apa
kataku, kita akan demo. Bagaimana?”
Alex : “Idemu boleh juga.”
Tania : “Besok aku akan menemui
mereka.”
Keesokan harinya Tania pergi ke
gedung DPR dan tanpa sengaja bertemu dengan Wapres.
Tania : “Permisi, ibu Wapres. Maaf saya
mengganggu waktu anda. Ada yang ingin saya bicarakan dengan anda.”
Wapres : “Oh, tentu saja, dengan senang
hati. (tersenyum) Apa yang ingin kau katakana padaku?”
Tania : “Apakah harus, pemerintah
menaikkan harga BBM? Ini sungguh menyiksa rakyat. Saya mewakili para mahasiswa
tidak setuju dengan keputusan ini. Bagaimana jika harga BBM akan berdampak
kepada harga SPP kita? Apa kita harus putus sekolah? Ha?!”
Wapres : “Sabarlah sebentar nak. (tersenyum)
Semua pasti ada jalan keluarnya. Pemerintah melakukan ini untuk meningkatkan
perekonomian Negara kita. Cobalah kau berpikiran positif.”
Tania : “Halaaaah….berpikiran positif
bagaimana? Apa anda tidak liat bagaimana kasus korupsi para pejabat negeri ini?
Paling ini juga karena uang subsidi BBM dikorupsi oleh mereka.”
Wapres : (menggelengkan kepala, menghela
napas). “Kau dengarkan saja besok lusa keputusan Presiden saat press
conference.”
Tania : “Jika pemerintah, anda, dan
Presiden tidak menghiraukan kata-kata saya, saya akan membawa massa kuntuk
berdemo besok!”
Wapres : “Maaf nak, saya kira
cukup sampai disini pembicaraan kita. Saya ada rapat.”
Tania kembali dengan wajah
menggerutu dan kemudian menemui kawannya, Alex dan Amazia.
Tania : “Mereka tidak mau mendengarkanku!”
Amazia : “Aku sudah menduga, usahamu itu
akan sia-sia saja, membuang waktu.”
Alex : “Bagaimana jika kita langsung
bertindak?”
Amazia : “Maksudmu? Menggunakan otot untuk
kekerasan seperti yang biasa kau lakukan?! Yang benar saja!”
Alex : “Apa lagi selain itu?
Keahlianku hanya itu, selebihnya aku ahli makan.”
Tania : “Aku punya ide. Kemarilah
kalian, mendekat.”
(berunding)
Amazia : “Gila kau! Itu sudah diluar batas!
Aku tidak mau ikut campur. Itu kriminal.”
Alex : “Ayolah, Amaa….. ini belum
apa-apa. Hanya menculik orang.”
Amazia : “Menculik orang itu tindak
kriminal! Apalagi ini Presiden! Kau mau main-main dengan Negara kita?!”
Tania : “Sudah-sudah, aku tidak
menyuruh kalian untuk berdebat, tapi bertindak! Ama, jika kau tidak mau ikut,
terserah, kau tau sendiri akibatnya. Reputasimu di kampus ini tidak bertahan
lama.”
Amazia : (menghela napas) “Ya sudah,
terserah kalian saja.”
Tania : “Tenanglah, aku yang tanggung
semuanya.”
Keesokan harinya, sehari sebelum
press conference mereka merencanakan penculikan Presiden tersebut.
Tania : “Alex, kuserahkan semuanya
kepadamu.”
Alex : “Beres, aku sudah buat
strateginya, tinggal kita jalankan saja misi kita ini.”
Amazia : (merenung sambil meneteskan
sedikit air mata) “Ya Tuhan, ampunilah kami.”
Hari disaat press conference akan
dilaksanakan.
Dua jam sebelum press conference
dilaksanakan…….
Tania : “Kau siap?”
Alex : “Tentu. Ayo kita berangkat.”
Amazia : “Maafkan aku kawan, aku akan
tinggal di markas menunggu kalian.” (tersedu-sedu)
Satu jam sebelum acara dimulai,
Tania dan Alex sudah berada di lokasi dimana Presiden akan mengadakan press
conference. Mereka sudah mulai mengintai..
Namun…….tak disangka, diantara
gerak-gerik mereka, ada sesosok laki-laki yang tengah mengawasi mereka semenjak
mereka tiba di lokasi. Dengan mata penuh waspada, ia mengawasi kedua mahasiswa
yang bertingkah mencurigakan itu. Namun, karena belum bisa dipastikan apa yang
akan mereka berdua lakukan, laki-laki itu meninggalkan mereka dengan alat
pelacak yang telah ia pasang di punggung salah satu dari mereka (Alex).
Beberapa menit sebelum acara
dimulai………
(mulai melancarkan aksinya, Presiden
dibius dan dibekap kemudian dibawa ke markas)
Wapres : “Presiden hilaaaaaaaaaaaang!!!!”
Seluruh wartawan dan staf pemerintahan yang ada di lokasi kejadian
panik. Mengetahui kejadian tersebut, lelaki yang sedari tadi mengawasi
gerak-gerik kedua penculik langsung melacak keberadaan penculik tersebut dengan
alat deteksi yang telah ia pasang.
Sementara itu…..
Di markas penculik….
Amazia : “Astaga, Ya Tuhan.. Kalian
benar-benar melakukannya?”
Tania : “Diamlah kau. Ikat saja dia.”
Setelah diikat, Presiden siuman..
Presiden : “Siapa Kalian? Dimana aku?”
Alex : “Katakan, kau tak akan
menaikkan harga BBM!”
Presiden : “Kalian ini siapa?”
Alex : “Sudahlah, cepat katakan!”
Presiden : “Apa kalian ini pengkhianat Negara? Cobalah,
sebagai warga Negara yang baik, jangan menggunakan cara yang anarkis.”
Alex : “Presiden macam apa kau ini!”
Tania : “Sudah Alex, cukup. Biarkan aku
bicara. (mencegah Alex, mulai berbicara pada Presiden) Kami dari kelompok
mahasiswa yang ingin pendapatnya didengarkan oleh semua warga Negara ini. Apa
lagi yang telah diperbuat anak buah anda, hingga anda harus menaikkan harga
BBM? Dikemanakan subsidi BBM tersebut? Masuk ke perut para koruptor?”
Presiden : “Oh jadi begitu. Sabarlah nak
(tersenyum) Pemerintah menaikkan harga BBM bukan karena subsidi dikorupsi,
bukan karena kepentingan kami para pejabat. Kami menaikkan harga tersebut
karena sesuai dengan kondisi perekonomian bangsa kita yang sedang defisit. Dan
juga karena harga minyak dunia yang kian naik.”
Amazia : “Kawan, percayalah pada
pemerintah. Mereka pasti melakukan yang terbaik.”
Alex : “Presiden, janganlah kau
ungkapkan omong kosong seperti itu.”
Tak lama kemudian, lelaki yang mengawasi
para penculik tiba di markas para penculik.
Polisi : “Lepaskan dia.”
Alex : “Hei, siapa kau? Berani masuk
tanpa izin?”
Dengan sigap, lelaki itu membekuk
para penculik.
Wapres dan beberapa staf pemerintah
dating ke markas penculik.
Wapres : “Presiden, anda tidak apa-apa?
Apakah ada yang terluka?”
Presiden : “Aku tidak apa-apa.”
Wapres : “Ayo cepat kita pergi dari tempat
ini.”
Sementara di dalam markas para
penculik..
(kepala para penculik menunduk)
Polisi : “Aku sudah menduga akan ada kejadian
seperti ini. Aku sudah mengawasi kalian sejak tadi, aku merasa curiga dengan
gerak-gerik kalian. Maka dari itu aku memasang alat pelacak di punggungmu
(mengambil alat pelacak di punggung Alex) dan akhirnya aku dapat menemukan
kalian disini bersama Presiden.”
Amazia : “Tolong lepaskan saya, tuan. Saya
sejak awal tidak mau melakukan ini. Saya terpaksa.” (menangis)
Polisi : “Aku akan berikan penawaran
kepada kalian. Aku akan ampuni kalian d engan syarat kalian mau meminta maaf
dan mengatakan bila kalian menyesal di depan publik. Akan kuberi alasan mengapa
kalian harus menyesal dan mengapa perbuatan kalian itu salah. Apa kalian tahu
bagaimana keadaan APBN Negara kita sekarang? Apa kalian tahu jika harga minya
dunia akan naik? Kalian ini anak-anak terpelajar, bekalilah diri kalian dengan
informasi yang benar, agar kalian selalu berpikir positif. Pemerintah melakukan
ini semua demi kita, demi dirimu, demi bangsa ini. Jika APBN Negara kita
defisit, Negara kita bisa bangkrut. Mungkin kalian tidak akan bisa bersekolah
lagi. Apa kalian mau seperti itu?”
Alex : “Maafkan kami, kami
menyesal.” (menangis)
Tania : “Maafkan aku, aku dalang dari
semua kejadian ini. Aku menyesal. Aku bertindak tanpa berpikir panjang.”
(menangis)
Amazia : “Maafkan saya, saya tidak bisa
mencegah teman-teman saya. Saya teman yang tidak baik.” (menangis)
Polisi : “Sudahlah, jangan menangis.
Sekarang kalian sudah sadar, kalian sudah tahu kesalahan kalian. Sekarang
saatnya kalian pergi ke luar dan umumkan kepada public bahwa kalian telah
menyesal atas apa yang telah kalian perbuat, minta maaflah pada semua orang.”
(tersenyum)
Wapres membantu ketiga mahasiswa
tersebut untuk memohon maaf di hadapan publik.
Wapres : “Saya selaku Wakil Presiden,
memohonkan maaf atas kejadian yang terjadi kemarin. Di balik semua kejadian
itu, ternyata kita memiliki generasi bangsa yang berjiwa besar berani mengakui
kesalahan mereka dan berani memohon maaf atas kesalahan tersebut.”
Tania, Alex, Amazia : “Maafkan kami, bangsa tercinta. Kami
menyesal, kami mengaku bersalah.”
Akhirnya, Presiden memutuskan
kenaikan harga BBM tetap terlaksana, dan masyarakat yang menerima dengan lapang
dada.