Senin, 02 April 2012

Tragedi Kenaikan BBM


Tragedi Kenaikan BBM

            Pada suatu pagi yang cerah, seorang mantan Presiden yang sekarang sakit karena tua sedang duduk di kursi roda dan seorang mantan Polisi yang kini beralih profesi menjadi perawat di suatu rumah sakit karena dirasa negeri tercinta telah damai, sedang berbincang-bincang di taman Rumah Sakit tempat sang mantan Polisi bekerja.
Presiden          : “Anak muda, tahukah engkau apa yang sedang aku pikirkan sekarang?”
Polisi               : “Apakah anda sedang memikirkan apa yang telah terjadi beberapa tahun yang lalu di Negara kita? Benarkah itu?”
Presiden          : “Ya, benar nak. Ingatkah kau saat kejadian itu? Ketika aku memutuskan untuk menaikkan harga BBM? Kau yang menyelamatkan Negara ini nak.” (tersenyum)
Mereka pun mengenang kejadian beberapa tahun yang lalu……………..

Di sebuah kampus, ada sebuah genk yang diketuai oleh seorang mahasiswi bernama Tania dan seorang mahasiswa bernama Alex. Kedua anak ini memang terkenal sebagai anak yang suka membuat onar. Namun di sisi lain, seorang mahasiswi bernama Amazia yang merupakan teman baik kedua mahasiswa tersebut hatinya tidak pernah mau diajak untu berbuat onar.
Dari sinilah tragedi itu terjadi….
            Setelah Presiden mengumumkan bahwa aka nada kenaikan harga BBM mulai bulan April 2005, para mahasiswa dan mahasiswi ini mulai bertingkah dengan emosinya yang masih labil. Mereka tidak setuju atas pernyataan tersebut…
Tania               : “Hai kawan! Setujukah kalian jika harga BBM naik? Ini akan berdampak buruk bagi kita para mahasiswa. Biaya SPP tentu akan ikut naik, lalu bagaimana nasib kita? Apakah masa depan kita hanya sampai disini? Ini tidak adil!”
Alex                 : “Betul sekali! Aku setuju dengan apa katamu, Tania. Apa alasan para pejabat menaikkan harga BBM? Karena APBN jebol? Apakah benar itu yang terjadi sekarang? Paling uang subsidinya habis di korupsi oleh pejabat-pejabat rakus itu.”
Amazia            : “Kalian ini apa-apaan sih? Tidak boleh kalian berprasangka buruk begitu. Siapa tau memang benar begitu, keadaan keuangan Negara kita sedang tidak baik. Aku yakin Presiden pasti punya maksud baik melakukan ini semua.”
Alex                 : “Alaaaaah, Ama, kau ini  tau apa? Kau ini tak tau apa-apa… apa kau tak baca berita di televisi? Isinya korupsi ini korupsi itu. Sudah jelas, ini pasti juga tindakan korupsi!”
Tania               : “Diam saja kau Ama, kalau kau masih ingin berteman dengan kami, ikuti saja apa yang akan kita lakukan. Kujamin kau aman.” (tersenyum licik)
Amazia            : “Ya sudahlah, terserah kalian. Kalian memang yang berkuasa.”
Alex                 : (menoleh ke Tania) “Jadi apa rencanamu?”
Tania               : “Aku berencana akan protes ke DPR, kalau perlu ke Wapres atau Presiden. Jika mereka tidak mau mendengar apa kataku, kita akan demo. Bagaimana?”
Alex                 : “Idemu boleh juga.”
Tania               : “Besok aku akan menemui mereka.”
            Keesokan harinya Tania pergi ke gedung DPR dan tanpa sengaja bertemu dengan Wapres.
Tania               : “Permisi, ibu Wapres. Maaf saya mengganggu waktu anda. Ada yang ingin saya bicarakan dengan anda.”
Wapres           : “Oh, tentu saja, dengan senang hati. (tersenyum) Apa yang ingin kau katakana padaku?”
Tania               : “Apakah harus, pemerintah menaikkan harga BBM? Ini sungguh menyiksa rakyat. Saya mewakili para mahasiswa tidak setuju dengan keputusan ini. Bagaimana jika harga BBM akan berdampak kepada harga SPP kita? Apa kita harus putus sekolah? Ha?!”
Wapres           : “Sabarlah sebentar nak. (tersenyum) Semua pasti ada jalan keluarnya. Pemerintah melakukan ini untuk meningkatkan perekonomian Negara kita. Cobalah kau berpikiran positif.”
Tania               : “Halaaaah….berpikiran positif bagaimana? Apa anda tidak liat bagaimana kasus korupsi para pejabat negeri ini? Paling ini juga karena uang subsidi BBM dikorupsi oleh mereka.”
Wapres           : (menggelengkan kepala, menghela napas). “Kau dengarkan saja besok lusa keputusan Presiden saat press conference.”
Tania               : “Jika pemerintah, anda, dan Presiden tidak menghiraukan kata-kata saya, saya akan membawa massa kuntuk berdemo besok!”
Wapres                        : “Maaf nak, saya kira cukup sampai disini pembicaraan kita. Saya ada rapat.”
           
            Tania kembali dengan wajah menggerutu dan kemudian menemui kawannya, Alex dan Amazia.
Tania               : “Mereka tidak mau mendengarkanku!”
Amazia            : “Aku sudah menduga, usahamu itu akan sia-sia saja, membuang waktu.”
Alex                 : “Bagaimana jika kita langsung bertindak?”
Amazia            : “Maksudmu? Menggunakan otot untuk kekerasan seperti yang biasa kau lakukan?! Yang benar saja!”
Alex                 : “Apa lagi selain itu? Keahlianku hanya itu, selebihnya aku ahli makan.”
Tania               : “Aku punya ide. Kemarilah kalian, mendekat.”
                        (berunding)
Amazia            : “Gila kau! Itu sudah diluar batas! Aku tidak mau ikut campur. Itu kriminal.”
Alex                 : “Ayolah, Amaa….. ini belum apa-apa. Hanya menculik orang.”
Amazia            : “Menculik orang itu tindak kriminal! Apalagi ini Presiden! Kau mau main-main dengan Negara kita?!”
Tania               : “Sudah-sudah, aku tidak menyuruh kalian untuk berdebat, tapi bertindak! Ama, jika kau tidak mau ikut, terserah, kau tau sendiri akibatnya. Reputasimu di kampus ini tidak bertahan lama.”
Amazia            : (menghela napas) “Ya sudah, terserah kalian saja.”
Tania               : “Tenanglah, aku yang tanggung semuanya.”

            Keesokan harinya, sehari sebelum press conference mereka merencanakan penculikan Presiden tersebut.
Tania               : “Alex, kuserahkan semuanya kepadamu.”
Alex                 : “Beres, aku sudah buat strateginya, tinggal kita jalankan saja misi kita ini.”
Amazia            : (merenung sambil meneteskan sedikit air mata) “Ya Tuhan, ampunilah kami.”

            Hari disaat press conference akan dilaksanakan.
            Dua jam sebelum press conference dilaksanakan…….
Tania               : “Kau siap?”
Alex                 : “Tentu. Ayo kita berangkat.”
Amazia            : “Maafkan aku kawan, aku akan tinggal di markas menunggu kalian.” (tersedu-sedu)
            Satu jam sebelum acara dimulai, Tania dan Alex sudah berada di lokasi dimana Presiden akan mengadakan press conference. Mereka sudah mulai mengintai..
            Namun…….tak disangka, diantara gerak-gerik mereka, ada sesosok laki-laki yang tengah mengawasi mereka semenjak mereka tiba di lokasi. Dengan mata penuh waspada, ia mengawasi kedua mahasiswa yang bertingkah mencurigakan itu. Namun, karena belum bisa dipastikan apa yang akan mereka berdua lakukan, laki-laki itu meninggalkan mereka dengan alat pelacak yang telah ia pasang di punggung salah satu dari mereka (Alex).
            Beberapa menit sebelum acara dimulai………
            (mulai melancarkan aksinya, Presiden dibius dan dibekap kemudian dibawa ke markas)
Wapres           : “Presiden hilaaaaaaaaaaaang!!!!”  
Seluruh wartawan dan staf pemerintahan yang ada di lokasi kejadian panik. Mengetahui kejadian tersebut, lelaki yang sedari tadi mengawasi gerak-gerik kedua penculik langsung melacak keberadaan penculik tersebut dengan alat deteksi yang telah ia pasang.



            Sementara itu…..
            Di markas penculik….
Amazia            : “Astaga, Ya Tuhan.. Kalian benar-benar melakukannya?”
Tania               : “Diamlah kau. Ikat saja dia.”
            Setelah diikat, Presiden siuman..
Presiden          : “Siapa Kalian? Dimana aku?”
Alex                 : “Katakan, kau tak akan menaikkan harga BBM!”
Presiden          : “Kalian ini siapa?”
Alex                 : “Sudahlah, cepat katakan!”
Presiden          : “Apa kalian ini pengkhianat Negara? Cobalah, sebagai warga Negara yang baik, jangan menggunakan cara yang anarkis.”
Alex                 : “Presiden macam apa kau ini!”
Tania               : “Sudah Alex, cukup. Biarkan aku bicara. (mencegah Alex, mulai berbicara pada Presiden) Kami dari kelompok mahasiswa yang ingin pendapatnya didengarkan oleh semua warga Negara ini. Apa lagi yang telah diperbuat anak buah anda, hingga anda harus menaikkan harga BBM? Dikemanakan subsidi BBM tersebut? Masuk ke perut para koruptor?”
Presiden          : “Oh jadi begitu. Sabarlah nak (tersenyum) Pemerintah menaikkan harga BBM bukan karena subsidi dikorupsi, bukan karena kepentingan kami para pejabat. Kami menaikkan harga tersebut karena sesuai dengan kondisi perekonomian bangsa kita yang sedang defisit. Dan juga karena harga minyak dunia yang kian naik.”
Amazia            : “Kawan, percayalah pada pemerintah. Mereka pasti melakukan yang terbaik.”
Alex                 : “Presiden, janganlah kau ungkapkan omong kosong seperti itu.”
            Tak lama kemudian, lelaki yang mengawasi para penculik tiba di markas para penculik.
Polisi               : “Lepaskan dia.”
Alex                 : “Hei, siapa kau? Berani masuk tanpa izin?”
            Dengan sigap, lelaki itu membekuk para penculik.
            Wapres dan beberapa staf pemerintah dating ke markas penculik.
Wapres           : “Presiden, anda tidak apa-apa? Apakah ada yang terluka?”
Presiden          : “Aku tidak apa-apa.”
Wapres           : “Ayo cepat kita pergi dari tempat ini.”
            Sementara di dalam markas para penculik..
            (kepala para penculik menunduk)
Polisi               : “Aku sudah menduga akan ada kejadian seperti ini. Aku sudah mengawasi kalian sejak tadi, aku merasa curiga dengan gerak-gerik kalian. Maka dari itu aku memasang alat pelacak di punggungmu (mengambil alat pelacak di punggung Alex) dan akhirnya aku dapat menemukan kalian disini bersama Presiden.”
Amazia            : “Tolong lepaskan saya, tuan. Saya sejak awal tidak mau melakukan ini. Saya terpaksa.” (menangis)
Polisi               : “Aku akan berikan penawaran kepada kalian. Aku akan ampuni kalian d engan syarat kalian mau meminta maaf dan mengatakan bila kalian menyesal di depan publik. Akan kuberi alasan mengapa kalian harus menyesal dan mengapa perbuatan kalian itu salah. Apa kalian tahu bagaimana keadaan APBN Negara kita sekarang? Apa kalian tahu jika harga minya dunia akan naik? Kalian ini anak-anak terpelajar, bekalilah diri kalian dengan informasi yang benar, agar kalian selalu berpikir positif. Pemerintah melakukan ini semua demi kita, demi dirimu, demi bangsa ini. Jika APBN Negara kita defisit, Negara kita bisa bangkrut. Mungkin kalian tidak akan bisa bersekolah lagi. Apa kalian mau seperti itu?”
Alex                 : “Maafkan kami, kami menyesal.” (menangis)
Tania               : “Maafkan aku, aku dalang dari semua kejadian ini. Aku menyesal. Aku bertindak tanpa berpikir panjang.” (menangis)
Amazia            : “Maafkan saya, saya tidak bisa mencegah teman-teman saya. Saya teman yang tidak baik.” (menangis)
Polisi               : “Sudahlah, jangan menangis. Sekarang kalian sudah sadar, kalian sudah tahu kesalahan kalian. Sekarang saatnya kalian pergi ke luar dan umumkan kepada public bahwa kalian telah menyesal atas apa yang telah kalian perbuat, minta maaflah pada semua orang.” (tersenyum)
           
            Wapres membantu ketiga mahasiswa tersebut untuk memohon maaf di hadapan publik.
Wapres           : “Saya selaku Wakil Presiden, memohonkan maaf atas kejadian yang terjadi kemarin. Di balik semua kejadian itu, ternyata kita memiliki generasi bangsa yang berjiwa besar berani mengakui kesalahan mereka dan berani memohon maaf atas kesalahan tersebut.”
Tania, Alex, Amazia      : “Maafkan kami, bangsa tercinta. Kami menyesal, kami mengaku bersalah.”
            Akhirnya, Presiden memutuskan kenaikan harga BBM tetap terlaksana, dan masyarakat yang menerima dengan lapang dada.

Rabu, 08 Februari 2012


Cerita tentang Ular
Sinar merah dari penjuru timur telah tampak. Kokok ayam bapak semakin kencang, tanda habisnya waktu Subuh. Bergegas aku ambil garu, bergegas pula bapak mengeluarkan sepeda dari rumah kami yangb sederhana. Membonceng merupakan salah satu kegemaranku ketika pergi ke sawah. Bapak bilang semangatnya bertambah dengan kehadiranku di belakangnya.
Sampai di sawah, kami bagi tugas, aku menggaru sebelah utara, bapak sebelah selatan. Sawah yang tak begitu besar menjadi tumpuan hidup kami. Cukup lama aku menggaru, bagianku sudah hamper selesai. Kuinjakkan kakiku perlahan ke dalam lumpur dengan penuh semangat. Tiba-tiba, kaki kiriku terasa geli, mungkin ada cacing yang bermain di sela-sela jariku. Segera kuangkat kakiku kiri, ternyata seekor ular sedang menggigitnya sampai bisa kulihat gigi ular itu. Segera aku berteriak, “Bapak, kegigit ular!!!!!” Aku susul dengan berlari ke jalan dengan rasa takut yang bergejolak. Sempat terpikir bahwa ini akhir hidupku. Mendengar teriakkanku, bapak segera menyobek kain dan mengikatkannya di kakiku. Ular yang menggigitku sebenarnya kecil, pendek, dan tidak berbisa, tapi tetap saja aku takut.
Bapak mengambil alih bagianku, kami bergegas pulang. Sampai di rumah, aku ceritakan kejadian itu. Betapa malunya aku, ibu dan adik malah menertawakanku. Sambil mendengar tawa meraka, aku teringat mipiku pada suatu malam. Dalam mimpi itu, aku masuk ke kamar mandi. Tiba-tiba terdengar suara ualr dari belakang, ular itu melarangku bergerak. Aku hanya bisa berdiam diri karena takut dipatok. Akhirnya ular itu mematok leherku dan aku terbangun dari mimpi itu.
Rasa malu, takut karena gigitan ular menjdikan aku takut pergi ke sawah sampai bertahun-tahun.  Suatu hari, ketika matahari di atas ubun-ubun, aku menjawab panggilan adzan. Aku bergegas menuju masjid. Perlahan aku berjalan mengambil sandal, tiba-tiba seekor ular kembali mematok kaki kiriku. Kali ini ukurannya lebih besar, bergaris coklat hitam. Aku kaget dan berlari menjauh, begitu juga ular itu pergi. Aku tak menjerit karena tak ada lagi rasa takut, “Paling tak berbisa.” Aku merasa ada yang aneh di tengah sholatku. Pandanganku berkurang, tetangga yang melihatku mengira aku baru bangun tidur, padahal tidak. Aku lihar lagi bekas gigitan ular tadi, ternyata darah masih mengalir. Aku menceritakan kejadian tadi pada bapak. Beliau segera melihat kakiku, “Wahh, ini gigitan ular macan, berbisa,” katanya. Rasa takutku muncul, badanku gemetar, memanas. Keringat menetes dengan cepat.
Bapak mengajakku ke suatu tempat yang kabarnya bisa mengeluarkan bisa ular. Sampai di tempat itu, kami bertemu dengan orang tua yang membawa keris. Orang tua ini menempelkan keris ke kakiku dengan sebelumnya diolesi minyak yang aneh. Keluarlah air yang katanya itu bisa ular yang menggigitku tadi. Bukan bisa ular, yang mematikanku jika tak diambil, yang aku takutkan. Melainkan, menggadaikan kepercayaanku kepada Pencipta itu lebih aku takutkan. Kami kembali ke rumah dengan sakit baru, rasa bersalah yang kupendam. Sempat terpikir, “Aku rela mati karena bisa ular, tapi tetap memegang teguh kepercayaanku, daripada hidup memendam rasa bersalah.”
Sesak dalam dada tak bisa kupendam. Aku tanyakan tentang keterpaksaan dalam kejadian seperti itu kepada guruku. Jawaban beliau menenteramkan hatiku kembali, “Semoga Yang Maha Pengampun mengampuni keterpaksaan. Jangan berputus asa.”

Rabu, 09 November 2011

 GELORA BATIN

selagi lurik masih mengencang
angkasa beri teduhan
sepi tangis tak datang
ratap haru tak seru
hindar diri dari prasangka
prasangka tak bermakna
hanya menumpuk dosa
jaga diri dari perkara
perkara lahirkan sengketa
hanya dari nilai mata
jauh diri dari angkara
angkara bawa sengsara
api tak berbara
cipta rasa karsa baru
hanya tinggal sisakan malu
aksi kreasi asli
hanya argumentasi basi
jangan diri sok perkasa 
ingat pada Maha Kuasa
jangan engkau sok peduli
kalau harap balas budi
 Tak Hanya Salahnya

jutaan mata mencerca
uang mereka dilahap tikus
 serba tahu, yang dulu duduk
di bangku kelasku
padanya diajarkan
tentang alam, hitung, politik
namun tak sempurna
bagai rumah tanpa atapnya
adab tak diajarkan
kini atap orang mereka ambil
sebagai ganti yang dirampas
sudahkah mereka dengar
dari sosok pahlawan
tanpa tanda jasa tentang
berita hari kemudian
menanam rumput tak berbuah
tanam padi, datang rumput dan bijinya

DI BALIK KESALAHAN


Pendidikan karakter yaitu pendidikan yang bertujuan mewujudkan generasi penerus yang cerdas dan berkarakter, tema pendidikan yang akhir-akhir ini ditekankan, setelah terjadi banyak penyimpangan khususnya di kalangan pelajar. Narkoba, pergaulan bebas, tawuran, atau sejenisnya semakin marak meracuni generasi muda. Hilangnya adab, sopan santun, sikap toleransi, dan menghargai orang lain. Sikap ramah, sabar,  perhatian, dan cinta alam yang dulu menjadi ciri pembeda dari bangsa lain, kini telah sirna. Ciri khas ketimuran yang menjaga kewibawaan justru dilepas demi ciri khas bebas bangsa barat. Bicara tanpa berpikir akibat, mereka anggap itu demokrasi. Minimnya wawasan, lemahnya kepribadian anak, peran orang tua yang digantikan media, serta berbagai alasan lain, menjadi latarbelakang karakter ditekankan dalam pendidikan, yang sekarang kita kenal sebagai pendidikan karakter.
Dalam konsep pendidikan karakter, semua kalangan masyarakat berperan penting, meskipun demikian peran orang tua lebih diharapkan. Mulai dari pendidikan keluarga, anak diharapkan sudah siap bermasyarakat dengan bimbingan orang tuanya. Guru atau tenaga pendidik sejenisnya dalam prakteknya lebih terlihat. Teman sepermainan juga berperan dalam perkembangan mental dan karakter. Semua kalangan diharapkan senang hati mewujudkan generasi muda yang berkarakter.
Dalam melaksanakan tugasnya, pendidik mengalami kendala baik dari diri anak atau hal lain. Kendala dari diri anak seperti tingkat pemahaman, intelektual, dan sebagainya. Kendala lain seperti lingkungan sosial, pengaruh teknologi, dan lainnya. Dalam menyelesaikan kendala-kendala itu diperlukan kesabaran dan profesionalitas  tinggi agar pendidikan karakter dapat terwujud.
Beberapa faktor penunjang dapat dimanfaatkan untuk mewujudkan pendidikan karakter seperti perbedaan sikap anak, perkembangan teknologi, keingintahuan anak terhadap hal yang tidak diketahui, dan faktor lain semacamnya. Pendidik diharapkan membudayakan kembali pujian dan hukuman sesuai dengan tingkat pemahaman anak. 

Jumat, 22 Juli 2011

Puisi

Perjuangan Hati

dengan seribu penyair
menceritakan kisah air
dengan seribu sarjana
mengingat dunia fana
           dengan debur ombak mengeluh
sanggupkah hatiku luluh
           dengan tiupan angin menjemput
       sanggupkah aku menyambut
dengan taburan bintang di angkasa
pengemis tua tanpa asa
dengan seribu bahasa
masihkah kupunya rasa
                   dengan seribu awan menatap
abaikan atau iba
                    dengan seribu sungai berbatu
            kubuka atau tutup pintu
dengan seribu tali mendaki
kubantu atau maki
dengan seribu langit terbuka
antara surga dan neraka